Tuesday, November 4, 2014

Thank You

Thanks for being my mood booster. Thanks for being my mood stabilizer. Thanks for letting me loving you this much. Thanks you aren't disturbed by my way loving you.
Thanks for always hearing me complaining about how unfair world to me, without judging me, just smiling at me when I finish and hold my hand, saying that you won't leave me alone.

Sorry for making you see me punch the innocent wall in front of your own eyes when I really feel upset. Sorry for making you have to hear my-ex-story that made me really upset (but, thanks for saying you wanna shut my ex off. I'm glad I know you). Sorry making you come to my place in rainy even you hate being wet, thanks for coming.

I love you.... I really do...
I'm fine even if you won't love me back... Just....don't leave me alone.
Don't give me a fake hope...

Sincerely,
Ayi

Tuesday, October 21, 2014

Menjauh, Pergi, dan Menghilang

Terima kasih  atas pengakuan jujur mu. Saya tidak kecewa, pun sedih atau terluka. Saya bahkan teramat berterima kasih, karena dengan ini saya dapat meredam perasaan saya. Sebelum semua terlambat dan saya terlanjur hanyut dalam perasaan semu ini.
Saya tak akan menganggap kamu jahat, terpikirkan saja tak pernah. Hanya karena kamu menganggap saya berbeda dengan yang saya harapkan tak lantas mengubahmu menjadi penjahat.
Karena saya percaya, kamu tak pernah berniat melukai saya. Kalau pun iya, bahwa kamu memang sengaja membuat saya terluka dan semakin tak percaya pada pria, saya tak ambil pusing. Toh itu urusanmu dan Sang Maha Pencipta.
Yang dapat saya pastikan, saya tak akan menjauh. Karena, jujur, saya tak sanggup jauh dari kamu. Tapi maaf, mungkin saya akan agak sedikit dingin. Karena saya ingin mengendalikan perasaan saya, agar tak lagi seenaknya mengharapkan balasan darimu.
Bukan saya yang pergi, tapi perasaan yang tak layak ada inilah yang ingin saya enyahkan. Dan tentu saja bukan saya yang menghilang, tapi benih "cinta" ini yang sangat ingin saya lenyapkan.
Dan saya dengan senang hati akan selalu menjadi adikmu. Meski saat ini saya masih mengharapkan yang lebih dari itu :')
Kita punya luka yang sama. Mungkin inilah yang membuat saya nyaman berada di sekitar kamu. Saya pun masih takut berkomitmen, karena saya takut mendadak ditinggal seorang diri saat saya ada di puncak rasa.

Tapi kamu yang mulai mengupas rasa takut itu.
Dan kamu juga yang menghapus harapan itu.

Tidak, saya tidak kecewa, pun sedih atau terluka. Saya hanya butuh waktu untuk membenahi rasa dan asa, yang saya pupuk sejak hari itu. Sejak 14 september itu. Yang katamu kamu tak akan pernah lupa dengan tanggal itu.
Semoga segera rasa dan asa (yang kini sia-sia) bisa segera saya benahi. Sehingga saya bisa bercengkrama lagi dengan kamu, tanpa ada ekspektasi dan harapan yang terlalu tinggi :')

Sincerely,

Ayi (the-always-broken-hearted-girl)

Wednesday, October 15, 2014

Something important (for me), but might be not (for you)

Hmmmm...
Sbnrnya saya ragu untuk menuliskan ini, tapi yah...sudahlah...

Kamu selalu bilang, kamu merasa, dan kamu tau bagaimana perasaan saya. Padahal, saya sendiri tidak pernah menerti dengan apa yang saya rasakan...
Dan yang paling penting, saya tak pernah tau perasaan kamu sebenarnya...

Tapi, jika ternyata yang saya dan kamu rasakan adalah rasa yang berbeda.......
Tolong ingatkan saya untuk berhenti, selagi perasaan saya kepadamu belum terlalu dalam, selagi perasaan ini masih bisa saya redakan...
Jika memang tak sama, jangan biarkan saya terus memupuk asa yang sia-sia...
Jika memang berbeda, jangan biarkan saya salah paham, sendirian.

Maaf, jika saya lancang, seakan mendesak kamu. Bukan maksud saya menambah beban pikiran kamu. Tapi sebagai seorang manusia tanpa daya, yang hanya punya segumpal rasa, saya hanya ingin memastikan. Apa saya harus terus melangkah menuju kamu, atau cukup berhenti dan berputar arah.
Karena saya ingin kamu meninggalkan kesan yang berbeda. Karena saya tak ingin menganggap kamu sebagai lelaki tanpa nurani. Karena sejauh ini, selain Papi dan Adik saya, kamu lelaki paling baik yang pernah saya kenal.

Maaf atas kelancangan saya.

Sincerely,
Ayi

Saturday, September 27, 2014

Complicated

Dan sekarang semua jadi makin rumit. Gue harus bisa ngontrol perasaan gue, sedangkan dunia tau gue paling ga bisa ngontrol perasaan. I'm too frank. Frankly speaking, I fall for him. But I should deny it. I should deny my feeling. Kecuali kalo gue emang pengen sakit hati untuk kesekian kalinya (lagi). Dan (tentu saja) gue ga mau sakit hati. Siapa sih yang betah sakot hati berkali-kali?
Karena selama ini yang namanya cinta selalu datang sepaket dengan sakit hati di hidup gue, maka gue ga ingin ambil risiko dengan mencoba dan berharap jatuh cinta kali ini diciptakan terpisah dengan sakit hati. Too reckless, I think. Jadi alangkah lebih baik gue segera mengubur perasaan ini.

Tapi sebenernya, dia bikin gue pengen mencoba lagi. Bikin gue pengen mengambil risiko. Meski gue takut, dia bakal pergi setelah bikin gue jatuh, tanpa sempat nangkep gue.

Friday, September 26, 2014

A Stupid Feeling Called 'LOVE'

Gue udah cukup terluka (dan pernah melukai orang juga sih. Sekali).
Dan sekarang gue mulai merasa (sangat) nyaman dengan kehadiran seseorang. Ga perlu lah gue sebut siapa orang itu. Toh yang penting dia tau.
Dan itu lah yang bikin gue teramat galau beberapa hari ini. Bukan karena hubungan yang masih ga jelas ke mana arah tujuannya ini. Dibilang temen tapi kelewat mesra, dibilang pacar tapi ga ada kata jadian-jadian juga. Yang bikin gue galau itu....cuma....gue takut. Takut terluka lagi, atau malah gue yang melukai dia nantinya. Gue takut perasaan gue cuma semu, cuma karena terbiasa dengan kehadiran dia, dengan pesan-pesan singkatnya, dengan telpon-telpon tengah malamnya.
Gue takut terlalu terbiasa, takut nantinya saat dia harus pergi gue ga mau melepas dia.
Gue takut, untuk nantinya harus menerima kenyataan kalau dia bukan untuk gue. Kalau ternyata gue ga layak buat dia.

Because love doesn't made for me. Now or ever.

Gue masih belum berani bilang kalau gue jatuh cinta. Gue masih ingin menghindari perasaan yang seriously menyakitkan itu. Sudah cukup lah semua rasa sakit yang gue alami selama ini. Dia terlalu baik untuk sekedar jadi penjahat yanng nyakitin hati gue, yang udah ga karuan bentuknya.

Sunday, September 21, 2014

A little blue

So... I just watching (again) a movie called 'A Cinderella Story, Once Upon a Music' and I fall in love with one 'song' in that movie. I don't know the title, and I don't even know is that song really exist :D
But, here's the lyrics~~

Don’t break my heart before I give it to you
Don’t tell me no before I ask you to
Don’t say it doesn’t fit before you try it on
There’s too much to lose to be wrong
And it feels like there’s something here
But I wanna see it before it disapears
And if there’s something real between me and you
Are we both open to all these possibilities
So many little possibilities
 quite suitable for my feeling right now :D

On a nightfall at middle of nowhere...

On a nightfall at middle of nowhere, when my gaze met you.
It’s the first time, when (I thought) I fall for you.
But I’m not.
Love doesn’t made for me. Now and ever.

On a midnight at middle of nowhere, when I fell asleep right beside you.
I thought world just made for us two.
But I’m not in love.
Because my heart told me to.

On a dawn at middle of nowhere, when I’m awake on your embrace.
I felt safe and way too comfy.
And I really don’t wanna lose you.
But I’ll let you go, I must.

Because I ‘m too afraid to fall again.
Since love is hurt, love is suck.
I’m tired being hurt, and I know you too.
We’ve much scars, enough for a lifetime.

Love doesn’t made for me, but maybe for you.
You’ll make a beautiful story, with someone who doesn’t me.
Maybe.
And I’ll make a very sad story, with no one except me.


Ayi_ Padang, 140922

Feeling 'meh'

I’ve told you before that love never made for me. I don’t deserve any kind of love. A true love, or even a fake love.
I don’t wanna love anyone, anymore. Love is hurt. And I don’t wanna hurt myself anymore. I’m tired.

Am I in love with him? I’m not really sure. Perhaps, I just feel comfort when him around. Or he just come on the right time. When gue bener-bener berada di titik terendah dalam hidup gue.
Whose fault? Me? Him? Or maybe situasi dan kondisi yang ga mendukung.

Maybe true, he likes me. But he doesn’t love me. Because....I don’t deserve love. Because love wasn’t made for me.

What if he loves me?

Meh, It just an assumption. Not a reality. So I don’t wanna think about that. I don’t wanna wondering that kind of what if.

Thursday, September 18, 2014

Kepada Kamu dengan Penuh Kebencian

Kepada kamu,
Dengan penuh kebencian


Aku benci jatuh cinta. Aku benci merasa senang betemu lagi dengan kamu, tersenyum malu-malu, dan menebak-nebak, selalu menebak-nebak. Aku benci deg-degan menunggu kamu online. Dan, di saat kamu muncul, aku akan tiduran tengkurap, bantal di bawah dagu, lalu berpikir, tersenyum, dan berusaha mencari kalimat-kalimat lucu agar kamu, di seberang sana, bisa tertawa. Karena, kata orang, cara mudah membuat orang suka denganmu adalah dengan membuatnya tertawa. Mudah-mudahan itu benar.

Aku benci terkejut melihat SMS kamu nongol di inbox-ku dan aku benci kenapa aku harus memakan waktu begitu lama untuk membalasnya; menghapusnya, memikirkan kata demi kata. Aku benci ketika jatuh cinta, semua detail yang aku ucapkan, katakan, kirimkan, tuliskan ke kamu menjadi penting, seolah-olah harus tanpa cacat, atau aku bisa jadi kehilangan kamu. Aku benci untuk berada dalam posisi seperti itu. Tapi, aku tidak bisa menawar, ya?

Aku benci harus menerjemahkan isyarat-isyarat kamu itu. Apakah pertanyaan kamu itu sekadar pancingan atau retorika atau pertanyaan biasa yang aku salah artikan dengan penuh percaya diri? Apakah kepalamu yang kamu senderkan di bahuku kemarin hanya gesture biasa, atau ada maksud lain, atau aku yang -sekali lagi- salah mengartikan dengan penuh percaya diri?

Aku benci harus memikirkan kamu sebelum tidur dan merasakan sesuatu yang bergerak dari dalam dada, menjalar ke sekujur tubuh, dan aku merasa pasrah, gelisah. Aku benci untuk berpikir aku bisa begini terus semalaman, tanpa harus tidur. Cukup begini saja.

Aku benci ketika kamu menempelkan kepalamu ke sisi kepalaku, saat kamu mencoba untuk melihat sesuatu di handycam yang sedang aku pegang. Oh, aku benci kenapa ketika kepala kita bersentuhan, aku tidak ingin bernapas, aku merasa canggung, aku ingin berlari jauh. Aku benci aku harus sadar atas semua kecanggungan itu..., tapi tidak bisa melakukan apa-apa.

Aku benci ketika logika aku bersuara mengingatkan, "Hey! Ini hanya ketertarikan fisik semata, pada akhirnya kamu akan tahu, kalian berdua tidak punya anything in common," harus dimentahkan oleh hati yang berkata, "Jangan hiraukan logikamu."

Aku benci harus mencari-cari kesalahan kecil yang ada di dalam diri kamu. Kesalahan yang secara desperate aku cari dengan paksa karena aku benci untuk tahu bahwa kamu bisa saja sempurna, kamu bisa saja tanpa cela, dan aku, bisa saja benar-benar jatuh hati kepadamu.

Aku benci jatuh cinta, terutama kepada kamu. Demi Tuhan, aku benci jatuh cinta kepada kamu. Karena, di dalam perasaan menggebu-gebu ini; di balik semua rasa kangen, akung, canggung, yang bergumul di dalam dan meletup pelan-pelan.....


aku takut sendirian.



*disalin dari buku "Kepada Cinta" surat dari Raditya Dika*

I Shouldn't Feel This....

It's been a while since my last post, isn't it? Life's not change much, still make me depressed.
How's love? Love? What's it? I don't deserve any love at all. A girl like me? Meh, love never made for me.
I just wanna make things clear. I MUST NOT FALL IN LOVE anymore. Yeah, anymore...like forever. Because love is made for human being except me. I'm the only one exception.
So, before this stupid-feeling-called-love too far, I'll bury it deep deep inside my heart. I've been broken for times. Everytime I have a-so-called-relationship, it ended with a scar in my heart. And now, I don't even know am I still have something called heart? Something called 'feeling'?
Broken heart bring me this far. Never wanna trust any boy, anymore. Forever.

"Ayi, no more love. No more what-so-ever-called-relationship. No more boys. You don't need a man. We don't need a man. Ayi, you better alone. You don't deserve it." I can hear that sounds echo in my mind. In my tiny brain. Pffft, I thought I don't have any brain left.

I have a commitment issues. I don't wanna left again. It hurts me so bad. I'm afraid, more like phobia.
No one know me, my feeling. My deep think. Even my parents, even myself.
I've made promise. I won't fall in love again, anymore. Love is suck. Makes my life bitter even more. Being a fangirl is the best way to keep my self away from that fucking feeling. That's why I  be fangirl.

I have a commitment issues, but I want him.
I don't trust any boys, but I want believe him.
I hate to love again, but I fall for him.
Maybe I'll broke my promises?
Maybe (in the end) I'll broke my heart (again)?

Tuesday, July 8, 2014

Please... Save me...

I've seen me hurt my self at my own dream...or maybe my nightmare.
I've done suicide for hundreds times on my own dream...or maybe you'll say it a nightmare.
I really wanna hurt my self, for real. Not just on a dream.
I really wanna do suicide, for real. Not just on a dream.
And just imagining that (doing suicide) I can laughing hard :D

Maybe I'm going crazy, insane.
Maybe I just wanna some attention.
Maybe I just desperade, begging for help.

Please, anyone....save me.
Just help me to swept away any thought of suicide, or just hurting my self...

Please...
Save me...

Saturday, July 5, 2014

Just Call Me Crazy, if you want

I'm mentally dead. And I mean that. I've done doing suicide, for hundreds times, in my dream. In my own dream, everytime I sleep. That's why I refuse to sleep lately.
But since I knew those 6 mens. I rarely suiciding myself at dream. They made me warm, with their cheerfulness. Just call me crazy, if you want.
Even since I'm in love with one of them, I seriously glad that I dead only in my dream. For first time, I'm glad I was born. For the first time, finally, I know reason of my life. For loving him, for loving them.
Just call me crazy if you want.
But watching them on variety (or even other) show, listening their song, looking at their photos, seriously made my day even better. I (finally) feel alive.
Just call me crazy, if you want.
I love both side of them. The playful side when they're on variety show and the serious side when they're on stage (singing, holding concert).

I love them, 6 mens called 'Shinhwa'.
I love one of them, their main vocalist, 'Shin HyeSung'.
I love them, I love him, and you can call me crazy.

Thursday, May 15, 2014

Karena Cinta Akan Selalu Seenaknya

Aku jatuh cinta, pada dia yang tak nyata. Bukan berarti dia semu, bukan berarti dia hanya buatan imajinasiku yang terlalu liar. Dia ada, dia hidup, dan dia benar adanya. Yang tak nyata hanya kehadirannya. Kehidupan yang jauh berbeda denganku. Bahkan pepatah 'tak ada hal yang mustahil' akan sempurna terbantahkan. Sungguh mustahil aku dapat bertatap mata langsung dengan dia, dengan lelaki yang membuatku jatuh.
Aku jatuh cinta, pada dia yang tak nyata. Hanya aku yang mengenalnya. Tak cukup banyak untuk mengaku pada wanita lain, pada wanita yang (akhirnya) dia pilih untuk menemaninya hingga akhir usia, bahwa akulah satu-satunya wanita yang paling mengenalnya. Aku hanya satu dari ribuan wanita yang terperangkap tatap matanya. Aku hanya satu dari ribuan wanita yang terbius suara bak malaikat miliknya. Aku hanya satu dari ribuan wanita yang mengharap dia menoleh, sekedar menyebut namaku, lalu tersenyum sambil beranjak pergi.
Aku jatuh cinta, dan untuk pertama kalinya aku berharap ini hanya sementara. Aku cukup tahu diri bahwa aku hanya bermimpi. Dia terlalu jauh untuk kugapai, bahkan hanya untuk sekedar mengungkapkan yang aku rasakan.
Aku jatuh cinta, dan untuk pertama kalinya aku yakin cinta ini takkan mematahkan hatiku. Meskipun mereka, yang mengaku temanku, tertawa geli melihatku, sebagaimana mereka melihat wanita yang kehilangan kewarasannya di pinggir jalan tertawa-tawa menghitung helaian rambutnya.
Aku jatuh cinta, dan biarlah blog ini yang menjadi saksinya.

For Shinhwa's Main Vocal and Little Prince, Shin Hye Sung a.k.a Jung Pil Kyo. I really am in love with you. Sounds crazy, right? But I don't care. I just simply in love with you :')

Wednesday, February 19, 2014

Dear, You

Hai, Kamu. Seseorang yang sempat singgah di hati saya, lalu pergi begitu saja. Tiba-tiba saya terkenang kamu, lagi. Maaf jikalau saya lancang, seenaknya masih merindukanmu. Seakan tak ada lelaki lain yang bisa saya rindukan. Bukan tak ada, bahkan banyak lelaki yang datang pada saya, memohon agar saya rindukan. Tapi mereka tak cukup kuat mengenyahkan kamu, dari posisi yang selalu saya rindu.

Tentu saja kamu tak lagi merindukan saya. Manalah mungkin kamu merindukan saya, sedang di sana sudah ada wanita lain yang menanti kamu rindukan. Ha, membayangkannya saja, sudah cukup menjadi alasan saya meneteskan airmata hari ini.

Sunday, February 16, 2014

Remembering 'YOU'

Hai, kamu. Kamu yang pernah (dan masih) saya rindukan. Apa kabar? Saya dengar kamu sudah berhasil melewati ujian terakhir untuk menjadi sarjana. Selamat ya. Saya turut berbahagia mendengarnya. Tak perlu kamu bertanya-tanya dari mana saya dengar kabar itu. Mungkin angin sedang berbaik hati menyampaikan berita gembira pada saya yang (masih dan terus) dirundung duka saat kamu beranjak, memilih pergi dan mengakhiri 'kita'.

Saya sadar, teramat sadar. Sudah saatnya saya beranjak dari masa lalu, dan melangkah maju meski tertatih. Menyusuri jejakmu, lalu berbelok di persimpangan itu. Menjauh dari hidupmu, bayanganmu. Tapi, saya tahu kamu sadar, saya tak akan mampu secepat itu menghapus data tentang dirimu dalam memori otak saya. Namamu terlalu dalam terpahat di benak saya, tak cukup hitungan bulan menghapusnya. Mungkin butuh tahun, atau saya serahkan saja pada waktu kapan ia mampu menghapus pahatan itu.